Kamis, 11 April 2013

Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Keluarga

Berdasarkan hasil riset di 12 kota besar di Indonesia disebutkan bahwa 62,1 persen siswi SMP pernah berhubungan intim alias berzina dan 22 persen siswi SMU pernah melakukan Aborsi. Selain itu banyak pula kasus lain seperti pelecehan seksual yang dilakukan anak-anak dan remaja kepada sesamanya atau bahkan dilakukan antara saudara laki-laki kepada saudara perempuannya.
Ada banyak hal yang dapat mencegah fenomena di atas, salah satunya adalah yang menjadi inti itu semua adalah pendidikan seks di keluarga. Pendidikan seks dinilai perlu disampaikan di kalangan keluarga mengingat keluarga merupakan sumber pendidikan yang utama dan pertama untuk seorang anak dan remaja.
Pendidikan seks di sini bukan dalam pengertian bagaimana cara melakukan hubungan seks, tetapi upaya pengajaran dan penerapan tentang masalah-masalah sesksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak dari kebiasaan yang tidak etis serta menutup segala kemungkinan ke arah hubungan seksual yang terlarang yaitu zina.
Pendidikan seks untuk keluarga juga harus diterapkan kepada anak sesuai dengan usia mereka, sesuai dengan fase perkembangan mereka. Menurut para psikologi pase perkembangan mereka itu adalah sebagai berikut:
1. Masa Pra Pubertas
Fase ini ada pada usia antara 7-10 tahun. Pada tahap ini anak bisa diajari untuk mengenali identitas diri berkaitan dengan organ biologis mereka dan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pada masa ini juga anak diberi pengertian tentang meminta izin dan memandang sesuatu ketika akan memasuki kamar orang tuanya
2. Masa Pubertas
Fase ini ada sekitar usia 10-14 tahun. Pada tahap ini anak harus diberi penjelasan mengenai fungsi biologis secara ilmiah, batas kesopanan, akhlak pergaulan laki-laki, dan menjaga kesopanan, serta harga diri. Anak harus dijauhkan dari berbagai rangsangan seksual, seperti bioskop, buku-buku porno, buku-buku yang memperlihatkan keseksian wanita dengan pakaian-pakaian mini dan sebagainya.
3. Masa Adolesens
Fase ini disebut juga fase remaja sekitar 14-16 tahun. Pada tahap ini adalah fase yang paling kritis dan penting. Naluri ingin tahu dalam diri anak semakin meningkat. Pada masa ini juga anak sudah siap menikah (ditandai dengan mulai berfungsinya alat-alat reproduksi), maka anak bisa diberi pelajaran tentang etika hubungan seksual.
4. Masa Adolesens (Masa Pemuda)
Setelah masa adolesens masuklah mereka ke masa pemuda dan pemudi, pada masa ini anak diberi pelajaran tentang etika "menjaga diri" jika belum mampu melaksanakan pernikahan.

Dengan upaya-upaya di atas mudah-mudahan keluarga dan lingkungan kita bisa terhindar dari permasalahan sosial terkait pengimpangan seksual yang semakin hari kian menjadi-jadi.

Literatur : Memahami Esensi Pendidikan untuk diterapkan di lingkungan keluarga dan masyarakat 
dan Peranan Keluarga bagi Pendidikan Anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar