Sabtu, 29 Juni 2013

Urgensi dan Faedah Tafakur Tadabur |Tafakkur-Tadabbur|

Tafakkur atau Tafakur dalam pengertian sederhana artinya berfikir, memikirkan, merenungkan, atau meditasi terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta ini. Dalam Al-Qur’an, tafakkur diperintahkan oleh Allah SWT kepada manusia, khususnya mereka yang berpengetahuan.
Sesungguhnya semua manusia dituntut untuk bertafakkur, merenungkan tanda-tanda atau fenomena-fenomena alam ciptaan Tuhan, agar timbul kesadaran bahwa di balik itu ada Zat Yang Mahakuasa, Yang Maha Agung, Yang Maha Bijaksana, yaitu Sang Pencipta Allah SWT (Q.S Ali Imron 3 : 190-191).
Dengan timbulnya kesadaran seperti itu, yaitu hasil dari tafakkur, maka manusia akan pandai bersyukur (tasyakur) terhadap nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. Sehingga segala apa yang diberikan, dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya, ditasharufkan di jalan yang benar, sesuai dengan kehendak-Nya. Yang pada akhirnya Allah SWT akan menambah lagi kenikmatan kepada mereka.

Urgensi Tafakur Tadabur

Jika manusia tidak suka tafakkur, tidak mau tadabbur (meneliti) terhadap fenomena-fenomena alam ciptaan Allah SWT, maka sulit untuk dapat bersyukur kepada Sang Pencipta alam ini, karena hatinya penuh dengan kegelapan. Yang pada akhirnya menjadi orang yang takabbur dan kufur (kufur nikmat), sehingga segala kenikmatan yang diberikan Allah SWT kebanyakannya digunakan untuk melakukan kedurhakaan alias kemaksiatan. Akibat dari kekufuran ini, maka adzab Allah SWT yang akan dirasakan. Dalam Al-Qur’an diterangkan, banyak negeri hancur karena manusia atau penghuni negeri itu tidak pandai bersyukur.

Pada dasarnya Islam menyuruh manusia untuk memikirkan dan merenungkan alam semesta ini dan segala ciptaan-Nya dan melarang utnuk memikirkan Zat Allah SWT, karena manusia tidak akan mampu untuk mengalahkan qudrat-Nya. Begitulah diterangkan dalam beberapa riwayat yang saling menguatkan.

Lalu apakah hakikat dari tafakkur, tadabbur dan tasyakur itu? Banyak definisi yang dikemukakan para ulama. Antara lain ada yang mendefinisikan sebagai berikut :

تصرف القلب في معني الأشياء لدرك المطلوب

Tafakkur adalah mentasharrufkan (mengendalikan) hati untuk merenungkan / memikirkan makna hakiki dari segala sesuatu, demi mencapai yang dituntut / dicari.

Untuk bertafakkur / berfikir, pada zahirnya adalah dengan menggunakan akal, bukan dengan hati. Akan tetapi kata “hati” menurut ulama mempunyai dua arti, yaitu hati dalam pengertian yang zahir / zasmani dan hati dalam pengertian rohani. Maka dalam definisi di atas hati dalam pengertian rohani yang mampu memahami sesuatu.

Istilah tafakkur ini banyak dikenal di kalangan kaum sufi. Menurut mereka tafakur adalah cara untuk memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dalam arti yang hakiki. Ulama mengatakan bahwa tafakkur ibarat pelita hati, sehingga terlihat segala sesuatu itu baik buruknya, manfaat dan madharatnya. Dan setiap hati yang tidak digunakan untuk tafakkur maka akan menemukan kegelapan. Oleh sebab itu ada yang mengatakan bahwa tafakkur adalah pelita hati dalam beri’tibar dan kunci keberhasilan dalam ikhtiar (lihat al-Jurjani, at-Ta’rifat, hal 56).

Adapun yang disebut tadabbur adalah sebagai berikut:

عبارة عن النظر في عواقب الأمور ، وهو قريب من التفكر ، إلا أن التفكرَ تصرفُ القلب بالنظر في الدليل ، والتدبر تصرفه بالنظر في العواقب

Suatu gambaran penglihatan hati terhadap akibat-akibat segala urusan, dan hampir sama dengan tafakkur. Hanya kalau tafakkur itu menggunakan mata hati untuk meneliti dalil atau indikator segala sesuatu, sedangkan tadabbur menggunakan mata hati untuk melihat akibat-akibat dari sesuatu itu.

Faidah Tafakur dan Tadabur

Adapun faidah-faidah yang dapat diambil dari tafakkur dan tadabbur menurut para ulama adalah sebagai berikut:
  1. Pertama, sebagai tanda bagi orang yang punya pikiran (ulul albab), karena mereka selalu berdzikir dan tafakkur atas diciptakannya langit dan bumi.
  2. Kedua, Ibnu Abbas mengatakan bahwa tafakkur dapat menghilangkan kelalaian dalam ibadah dan dapat menumbuhkan rasa takut kepada Allah SWT di dalam hati. Sebagaimana tumbuh-tumbuhan akan tumbuh subur dengan siraman air.
  3. Ketiga, al-Hasan mengatakan: Tafakkur sejenak lebih baik daripada shalat semalam yang tidak khusu’.
  4. Keempat, al-Fudhail mengatakan: Tafakkur itu ibarat cermin, ketika anda bercermin ia akan memperlihatkan keburukan dan kebaikan perilaku anda.
  5. Kelima, di antara orang bijak ada yang mengatakan : Tafakkur itu bagaikan cahaya, kelalaian hati adalah kegelapan, kebodohan adalah kesesatan. Orang yang beruntung adalah orang yang sanggup menerima nasihat dari yang lain.
  6. Keenam, dengan mentafakkuri diri atas segala nikmat yang diberikan, akan menambah mahabbah kepada Allah SWT dan akan pandai bersyukur kepada-Nya.
  7. Ketujuh, dengan mentafakkuri kejadian hari kiamat sebagaimana diterangkan al-Qur’an akan menambah semangat untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan mempersiapkan diri dalam menghadapi hisaban kelak.
  8. Kedelapan, dengan mentafakkuri dan mengimani adanya neraka sebagaimana dalam Al-Qur’an, maka akan menambah rasa takut kepada adzab Allah SWT dan dapat mencegah dirinya dari perbuatan dosa dan noda.
  9. Kesembilan, dengan mentafakkuri adanya surga, sebagai jaminan bagi orang-orang shalih, maka akan menambah kekuatan iman dan meningkatkan ketaatannya untuk mencapai surga.
  10. Kesepuluh, dengan tafakkur yang hasilkan kesadaran diri bahwa selamanya dilihat oleh Allah SWT, maka ia akan merasa malu jika berbuat maksiat, dan sanggup untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak terpuji.

Demikianlah antara lain keuntungan-keuntungan bagi yang mau berfikir, bertafakkur, mentadabburi ciptaan-ciptaan Allah SWT, termasuk mentafakkuri dirinya sendiri sebagai makhluk-Nya.

Semoga kita menjadi orang yang senantiasa mentafakkuri dan mentadabburi, utamanya merenungkan terhadap diri kita sendiri. Dari mana asal kita, siapa yang menciptakan kita, sedang dimana, dan akan kemana kita ini? Diperlukan jawaban yang jujur yang lahir dari keimanan kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta.

Sumber: Rubrik Akhsin Khuluqi Risalah A. Daeroby

Tidak ada komentar:

Posting Komentar