Jumat, 26 Juli 2013

Karaktersistik Siswa SD Dalam Belajar Matematika

Guru dalam rnerencanakan dan melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu harus memahami karakteristik siswa, karena siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pebelajaran. Menurut Hudajo (2001 : 107), "Belajar akan efektif dan efisien, bila kesiapan mental siswa diperhitungkan".

Menurut Piaget anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Seperti tahap proses belajar Bruner yang terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Tahap Enaktif
Pada tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.

2. Tahap Ikonik
Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan yang berhubungan dengan mental yang merupakan gambar dari objek-objek yang dimanipulasinya.

3. Tahap Simbolik
Pada tahap ini siswa memanipulasi symbol-simbol atau lambing-lambang objek tertentu.

Sedangkan Van Hiele menguraikan tahap-tahap perkembangan mental khusus dalam bidang geometri yaitu yang terdiri dari lima tahap diantaranya :

1. Tahap Penganalan (Visualisasi)
Pada tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya.

2. Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa mulai mengenal sifat-sifatyang dimiliki benda geometri yang diamati. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu.

3. Tahap Pengurutan (Deduksi Informal)
Pada tahap ini siswa mulai mampu melaksanakan penarikan kesimpulan, yang kita kenal dengan sebutan berpikir deduktif. Namun kemampuan ini belum berkembang secara penuh.

4. Tahap Deduksi
Pada tahap ini siswa sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang khusus. Ia juga telah mengerti betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan di samping unsure-unsur yang didefinisikan.

5. Tahap Akurasi
Pada tahap ini siswqa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap ini merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit da kompleks.

Belajar menurut Fontana (Suherman, dkk, 2001 8) adalah "proses perubahan tingkah laku individu yang telatif tetap sebagai hasil dari pengalaman". Pembelajaran menurut Suherman, dkk (2001 8) adalah "upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal". Sedangkan pengertian matematika menurut kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu :

Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki konsep abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika sangat kuat dan jelas.

Beberapa pengertian di atas dapat dijadikan dasar bahwa belajar matematika siswa perlu memiliki pengalaman belajar melalui proses penalaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang ada. Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu agar siswa memiliki pengalaman belajar secara langsung tentang studi aritmatika, geometri, aljabar dan trigonometri. Kemampuan studi itu diperlukan dalam menyelesaikan persoalan yang ada dikehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar