Rabu, 09 Oktober 2013

Anak Usia Prasekolah, Karakteristik Perkembangan dan Cara Belajarnya

Pendidikan prasekolah sudah sejak lama diselenggarakan di negara kita, apalagi di negara-negara barat. Di negara kita, tercatat sejak jaman penjajahan Belanda atau sekitar awal abad 20 (bahkan mungkin sejak sebelum itu), pendidikan pra sekolah sudah mulai dilaksanakan. Di negara-negara barat, juga tercatat sebelum Pestalozzi (1747-1827) memperkenalkan sistem elementory education, upaya-upaya penyelenggaraan pendidikan prasekolah itu sudah mulai dilakukan.

Alasan dan tujuan penyelenggaraan pendidikan prasekolah memang bisa berbeda satu sama lain, tergantung pada persepsi dan kepentingan masing-masing. Dengan landasan pemahaman, akhirnya mereka diharapkan dapat memahami dan menyadari perlakuan-perlakuan pendidikan yang mereka lakukan terhadap anak secara profesional.

A. Pentingnya Pendidikan Pra Sekolah
Pestalozi, Matessori, Froebel, Ki Hajar Dewantara, Malaguzzi adalah contoh dari sekian tokoh pendidikan yang sangat peduli dengan pendidikan prasekolah. Tiga alasan utama yang mendukung kepedulian mereka adalah:
Pertama, dilihat dari kedudukan usia pra-sekolah bagi perkembangan anak selanjutnya. Sejak lama banyak ahli yang memandang usia pra sekolah atau balita sebagai fase yang sangat pundamental bagi perkembangan individu. Batas kesempatan untuk perkembangan matematika adalah sampai empat tahun, dan untuk musik antara 3-10 tahun.
Kedua: Dilihat dari hakikat belajar dan perkembangan. Belajar perkembangan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, pengalaman belajar merupakan dasar bagi proses belajar dan perkembangaa selanjutnya.
Ketiga: tuntutan-tuntutan non-edukatif lainnya yang berkembang dewasa ini juga mendorong para orang tua untuk semakin peduli terhadap lembaga pendidikan pra-sekolah.Dijaman yang penuh tantangan dan persaingan ini, mereka diharapkan tidak lagi menyelenggarakan pendidikan anak usia prasekolah secara asal-asalan. Sebaliknya, mereka dituntut untuk menyelenggarakan pendidikan secara profesional sehingga mampu melahirkan generasi muda yang tangguh dan siap mengarungi lautan kehidupan yang semakin kompetitif di masa yang akan datang.

B. Pendidikan Pra Sekolah Akademik atau Non-Akademik
Semakin semaraknya penyelenggaraan pendidikan prasekolah merupakan suatu fenomena yang sangat menggembirakan :

1. Pendekatan Pendidikkan Pra-sekolah Akademik
Pendekatan pendidikan yang berorientasi akademik pada intinya adalah suatu pendekatan pendidikan yang sangat menekankan segi penguasaan pengetahuan dan keterampilan. tertentu seperti; Membaca, Menulis, Berhitung dan menghapal sejumlah fakta sebagai hasil belajar anak. Mereka berasumsi bahwa proses belajar yang pendek dapat dilakukan secara cepat melalui periode-periode belajar yang pendek dengan menggunakan mata pelajaran yang terpisah. Berdasarkan asumsi tsb, mereka mengembangkan model kurikulum cara belajar mengajar dikelas dengan cara evaluasi yang benar-benar terarah kepada penguasaan materi sebagaimana yang dirancang dan dipersiapkan sebelumnya.
Kurikulum pendekatan sangat sistematis, kurikulum terdiri atas seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur secara ketat dan disampaikan kepada anak secara terstruktur pula.

2. Pendekatan Pendidikan Pra-sekolah Non-Akademik
Para penganut paham ini menerapkan kurikulum yang integrasi dan bersifat emergent, dengan kurikulum ini proses pembelajaran anak tidak lagi dalam bentuk niat pelajaran yang terpisah-pisah, melainkan dengan menampilkan sebagai satu kesatuan pengetahuan. Pengalaman spontan dan dunia konstektual anak merupakan hal yang sangat diperhatikan pengembangan kurikulum nyata yang direalisasikan didalam kelas. Dalam pendekatan ini pengalaman belajar anak yang bersipat langsung (hand on experience) merupakan hal yang sangat dihargai
Cara evaluasi demikian dikepala Sebagai (portofolio assessment/authentic assessment) sebagimana menurut Grennberg (1990) rnenjelaskan bahwa dengan portopolio assessment guru melakukan penilaian dengan cara:
a) Mengamati merekam, dan membuat catatan anekdok tentang mirat anak, dan hal lain yang sangat special.
b) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus anak dalam bidang apa saja.
c) Mengumpulkan dan menyiman fakta-fakta dan contoh dari aktivitas- aktivitas anak.
d) Saling tukar informasi dan pendapat tentang proses yang didapat secara luas dengan orang tua dan staf lain.

3. Beberapa Pertimbangan dalam Memilih Pendekatan
Bagi para orang tua dan guru yang lebih menghendaki prestasi akademik penguasaan subjek matter, pendekatan pertama tentunya lebih menjanjikan.
Sebaliknya, bagi mereka yang lebih mengharapkan segi pengembangan kreativitas, minat belajar yang intrinsik, kemandirian berpikir serta pengembangan konsep-konsep dasar berpikir yang diperlukan untuk proses belajar selanjutnya, maka pendekatan kedua lebih memberikan harapan. Pendekatan mana yang dipilih tergantung pada bentuk hasil belajar yang akan lebih memuaskan pihak yang bersangkutan.

C. Perspektif Historis Pendidikan Pra Sekolah di Indonesia
Guna memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang konsep dasar pendidikan prasekolah, dipandang perlu untuk memahami bagaimana perkembangan pendidikan pra sekolah tersebut di Indonesia.
Perkembangan pendidikan prasekolah di Indonesia tidak lepas dari perkembangan kehidupan bangsa secara menyeluruh, khususnya perkembangan politik dan kebijakan pemerintah dibidang pendidikan.

1. Periode Penjajahan Belanda (1914-1941)
Pemerintah Kolonial Belanda mulai menyelenggarakan pendidikan pra sekolah di Indonesia secara terbatas. Pemerintah Belanda mendirikan lembaga-lembaga pendidikan prasekolah tersebut terbatas untuk mengikuti program pendidikan prasekolah tersebut, yakni hanya mereka yang berketurunan ningrat atau bangsawan.
Pada masa penjajahan Belanda, guru-guru prasekolah menerima pendidikan dari satu lembaga berikut :
  • 1. Sekolah Pendidikan Guru Prasekolah (Froebel Kweekschool) atau,
  • 2. Sekolah Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Home-economics School)
Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda ada beberapa inisiatif bangsa Indonesia yang perlu dicatat. Pertama, pada tahun 1913 Ki Hajar Dewantara diasingkan Ke Belanda setelah sebelumnya ke Banaka karena aktivitas politiknya yang mengkhawatirkan pemerintahan Belanda. Artikelnya : Als I keant cen Nederlander was (seandainya aku orang Belanda) pada surat kabar yang dipublikasikan secara luas menyinggung pemerintah Belanda.
Untungnya selamanya selama di Belanda Ki Hajar Dewantara banyak belajar tentang pendidikan, khususnya pendekatan Froebel dan Montessori. Program pendidikan anak di bawah usia 7 tahun yang berorientasi Nasional Indonesia mulai dibangunnya pada tahun 1992 dengan nama Taman Indera (Taman Lima Indera).

2. Periode Penjajahan Jepang dan Revolusi (1942-1949)
Pemerintah Jepang tidak mengawasi penyelenggaraan pendidikan pra sekolah secara formal, dan tidak menuntut persyaratan tertentu dalam hal kurikulumnya.

3. Periode Pemerintah Orde Lama (1950-1968)
Ada beberapa hal lain yang perlu dicatat berkenaan dengan perkembangan pendidikan prasekolah pada masa ini.
  • 1. Digunakan istilah Taman Kanak-Kanak (TK) untuk program pendidikan prasekolah ini yang terus digunakan hingga sekarang.
  • 2. Didirikannya Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOPTKI) pada bulan April 1957.
  • 3. Meskipun dalam jumlah yang masih sangat terbatas, kesempatan pengembangan staf mulai diperluas.
Pada saat itu mereka menemukan kondisi-kondisi pendidikan prasekolah yang tak diinginkan dan dipandang perlu diubah, yakni sebagai berikut :
  • 1) Menuntut semua anak untuk mengikuti serangkaian nyanyian, baris berbaris, dan kegiatan-kegiatan mendengarkan cerita dalam suatu pertunjukan.
  • 2) Menekankan aktivitas-aktivitas seni yang menuntut anak untuk untuk meniru gambar-gambar yang dibuat guru atau mewarnai gambar-gambar dan bukannya anak diberi kesempatan mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui gambar, dan
  • 3) Memperlakukan semua anak semua anak sebagai kelompok dan bukannya menyesuaikan pengajaran dengan karakter anak secara individual
Pada tahun 1964, Dekdikbud merumuskan 10 persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu lembaga pendidikan prasekolah, yakni:
  • 1) Isi kurikulum yang digunakan harus sesuai dengna Rencana Pendidikan Prasekolah
  • 2) Harus berlangsung secara reguler untuk sekurang-kurangnya satu Memiliki sekurang-kurangnya satu tahun dan terintegrasi dibagian pengawasan kantor Depdikbud Kabupaten/Kotamadya
  • 3) Memiliki sekurang-kurangnya 30 murid
  • 4) Memiliki guru reguler yang ditugasi dengan penuh tanggung jawab
  • 5) Organisasi yang mensponsori penyelenggaraan pendidikan prasekolah harus memiliki akte notaris sebagai organisasi non-profit
  • 6) Kelas harus dilengkapi dengan kursi-kursi dan meja-meja yang mudah dipindah-pindah (bukan bangku-bangku untuk sekolah) dengan ukuran yang cocok untuk anak
  • 7) Harus memiliki perlengkapan dan peralatan minimum yang tepat
  • 8) Memiliki lapangan bermain dengan sekurang-kurangnya dilengkapi dengan perlengkapan minimum
  • 9) Memiliki suatu tempat untuk mencuci lengkap dengan air, sabun dan handuknya sehingga anak dapat mencuci tangan
  • 10) Menyediakan fasilitas toilet yang cocok untuk anak.
4. Masa Pemerintahan Orde Baru (1968-Sekarang)
Secara umum, kurikulum 1 1976 ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • 1) Menganut lima prinsip pendidikan-fleksibilitas program, efisiensi dan efektivitas, berorientasi pada tujuan, kontinuitas, dan pendidikan seumur hidup
  • 2) Mengenal berbagai tingkat tujuan-tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan intruksional
  • 3) Struktur program terdiri atas delapan bidang pengembangan PMP, kegiatan bermain bebas, pendidikan bahasa PLH, ungkapan kreatif, pendidikan olahraga, pendidikan dan pemeliharaan kesehatan, dan pendidikan skolastik
  • 4) Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode unit yang dikembangkan melalui pusat-pusat minat
  • 5) Evaluasi dilakukan terhadap seluruh kepribadian anak melalui observasi dan pengukuran yang kontinu dan sistematis untuk keperluan peningkatan proses dan hasil pengembangan, pengembangan program serta pelaporan proses dan hasil pengembangan.
Hal lain yang mewarnai perkembangan dunia pendidikan prasekolah pada dekade 1980/90-an ini adalah diberlakukannya Undang-undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan 0Peraturan Pemerintah No. 27/1990 tentang Sistem Pendidikan Prasekolah.

D. Permasalahan Pendidikan Prasekolah di Indonesia
Berkenaan dengan program pendidikan prasekolah, khususnya TK, dengan menelaah berbagai sumber M. Solehudin (1999) merangkum berbagai persoalannya sebagai berikut. Pertama, secara kuantitas lembaga pendidikan TK, apalagi lembaga pendidikan prasekolah yang lain, yang ada dewasa ini masih tergolong minim bila dibanding dengan banyaknya anak usia prasekolah yang ada.
Kedua, sebagian besar tenaga pendidikan prasekolah atau khususnya TK masih perlu ditingkatkan kualifikasinya.
Ketiga, seiring dengan masih rendahnya kualifikasi ketenagaan guru TK di atas, penghargaan masyarakat terhadap guru TK sebagai suatu profesi belum tampak.
Keempat, kecuali beberapa lembaga pendidikan prasekolah tertentu yang jumlahnya sangat terbatas.
Kelima, masih terjadinya praktek-praktek pendidikan prasekolah yang dianggap kurang tepat sehingga menimbulkan banyak kritik, fungsi TK pun lebih mengutamakan penyiapan anak untuk memasuki SD daripada pengembangan kepribadian secara utuh.

Istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun.Sesuai dengan topik bahasan, anak yang dimaksud di sini adalah anak usia prasekolah. Secara kronologis, mereka adalah yang berusia yang di bawah enam tahun.
Pandangan Beberapa Ahli Tentang Anak
1. Pandangan Pestalozzi
Nama lengkapnya adalah Johann Heinrich Pestalozzi. La adalah seorang ahli pendidikan Swiss yang hidup pada tahun 1747-1827. la memberikan pengaruh cukup besar terhadap dunia pendidikan anak karena pembaharuan-pembaharuan yang dilakukannya dalam praktek pendidikan pada saat itu. Pada sekitar pertengahan abad 18, pandangan terhadap anak di dunia barat masih didominasi oleh pengaruh faham gereja. Pada saat itu anak dipandang secara negatif, yakni berpembawaan jahat dan membawa dosa asal manusia. Untuk membebaskan anak dari dosa bawaan tersebut, anak perlu belajar membaca kitab Injil dengan disertai disiplin yang ketat (Roopnarine, J.L. & Johnson, J.E. 1993).

2. Pandangan Froebel
Friendrich Froebel (1782-1852) adalah salah satu tokoh pendidikan anak usia dini Eropa (Jerman) yang sangat berpengaruh. Pandangannya tentang anak atau manusia banyak dipengaruhi oleh Pestalozzi dan para Filosuf Yunani pada saat itu la sangat dipengaruhi oleh faham transcendentalism yang memandang adanya sifat ketuhanan pada diri manusia. Menurutnya, baik manusia dan alam merefleksikan suatu unitas dengan Tuhan. Ini dikenal dengan prinsip unitas (the principle of unity) dalam pandangan Froebel.

3. Pandangan Montessori
Maria Montessori (1870-1952) dikenal sebagai tokoh inovasi pendidikan Eropa abad 20. la adalah seorang dokter yang sangat peduli terhadap anak. Bagi Montessori anak bukan sekedar suatu sekedar suatu fase kehidupan yang dilalui oleh seseorang untuk mencapai kedewasaan.
Montessori menggeneralisasikan beberapa hukum yang mengatur proses perkembangan psikis anak Hukum-hukum yang diinaksud adalah :
  • 1) Hukum kerja
  • 2) Hukum kebebasan
  • 3) Hukum kekuatan atensi
  • 4) Hukum kemauan
  • 5) Hukum perkembangan intelligensi
  • 6) Hukum perkembangan imajinasi dan kreativitas
  • 7) Hukum perkembangan kehidupan emosional dan spiritual.
4. Pandangan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara (1889-1959) tentunya bukan merupakan nama yang asing. La adalah tokoh dan sekaligus sebagai "Bapak Pendidikan Nasional”. Beliau juga adalah sosok pendidikan yang berwawasan Nasional.
Dewantara mengemukakan 6 cara pokok yang penerapannya perlu disesuaikan dengan kondisi yang ada, khususnya dengan usia anak didik. Alat-alat pendidikan yang dimaksud adalah:
  • 1) Pemberian contoh;
  • 2) Pembiasaan
  • 3) Pengajaran
  • 4) Perintah, plaksanaan, dan hukuman
  • 5) Laku atau disiplin diri sendiri
  • 6) Pengalaman lahir dan bathin (melakukan langsung).
Berkenaan dengan fase perkembangan manusia, Dewantara membaginya dengan menggunakan interval tujuh tahun usia kronologis; yakni usia 1-7 tahun dipandang sebagai masa kanak-kanak; 7-14 tahun adalah masa pertumbuhan jiwa-fikiran, dan usia 14-21 tahun adalah masa terbentuknya budi pekerti atau periode sosial.

5. Pandangan Konstruktivis
Faham konstruktivis dimotori oleh Jean Piaget (1896-1980) dan Lev Vygotsky (1896-1934). Masing-masing adalah pakar psikologi perkembangan dari Swiss dan Uni Soviet.

Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah adalah individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi proses perkembangan selanjutnya.

1. Perkembangan Anak Usia 0-2 Tahun
Pada masa bayi (0 sampai dengan 1,5 atau 2 tahun), secara umur anak mengalami perubahan yang jauh lebih pesat bila dibanding dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya.

2. Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun
Anak pada usia ini sudah tahu bagimana bentuk ujiannya mulai senang memanjat dan menaiki sesuatu, membuka pintu, serta mencoba berdiri di atas satu kaki dan berloncat. la senang mencoba sesesuatu sehingga memerlukan ruangan yang cukup luas untuk itu. Pendeknya, dengan penguasaan keterampilan-keterampilan dasar yang diperoleh pada masa bayi. anak seusia ini.

3. Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun
Ia mengalami peningkatan yang cukup berarti baik dalam perkembangan prilaku motorik, sosial, berfikir fantasi, maupun dalam kemampuan mengatasi frustrasi.

4. Perkembangan Anak Usia 4-5 tahun
Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol pada anak usia sekitar 4-5 tahun la memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang begitu kuat.

Cara Belajar Anak Secara Bermakna
Bermain adalah dunia anak dan sekaligus sebagai sarana belajar anak. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain berarti dengan sendirinya memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar. Memberi kesempatan kepada anak untuk belajar dengan cara-cara yang bersifat bermain berarti telah berusaha membuat pengalaman belajar itu dirasakan dan dipersepsi secara alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya.
Bredekamp dan Rosegrant (1991/92) akhirnya menyimpulkan bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna bila:
  • 1) Anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi
  • 2) Anak mengkonstruksi pengetahuan
  • 3) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya
  • 4) Anak belajar melalui bermain
  • 5) Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi; dan
  • 6) Unsur variasi individual anak diperhatikan.
KESIMPULAN
Singkatnya anak usia prasekolah adalah sosok individual yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutya. la memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia lain dan karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihatnya dan didengarnya, serta seolah-olah tidak pernah berhenti belajar.
Akhirnya, hal lain yang perlu difahami dan disadari adalah bahwa perkembangan anak itu bersifat terpadu. Aspek-aspek perkembangan itu tidak berkembang secara sendiri-sendiri, melainkan saling berinterelasi dan saling terjalin satu sama lain. Kalaupun dalam tulisan-tulisan sering dijelaskan secara peraspek perkembangan, namun perkembangan itu bersifat integratif yang tidak bisa dipisah-pisah satu sama lain.


DAFTAR PUSTAKA
Drs. Solehudin M, M.Pd. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Kurikulum Ilmu Pendidikan Pra Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan Universias Pendidikan Indonesia. Bandung : 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar