Selasa, 28 Mei 2013

Cara Menanamkan Sikap Sosial Terhadap Anak-anak di Dalam Kelas

Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah tidak lepas dari peranan guru. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pembentukan sikap mental/kepribadian anak sehingga anak memiliki sikap mental dan kepribadian yang positif atau negatif.

Supaya semua guru mampu menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan pendidikan baik secara mikro maupun makro para guru harus memahami dengan seksama keadaan anak baik secara individu maupun secara kelompok apalagi dengan pembentukan sikap mental dan kepribadiannya terutama dalam penanaman sikap sosial.

Ada Beberapa langkah cara menanamkan sikap sosial kepada anak di dalam kelas diantaranya :

Menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan

Suasana belajar yang menyenangkan dalam proses pembelajaran ditunjang oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik anak, pengalaman, interaksi, komunikasi dan refleksi.

Dengan memahami karakteristik anak seorang guru dapat melayani apa yang dibutuhkan siswanya ketika proses belajar. Dengan memberikan pengalaman untuk melakukan sesuatu ketika proses belajar berlangsung kreatifitas si anak akan berkembang. Begitu pula dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dan berkomunikasi akan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dengan memberikan kesempatan untuk merepleksikan kembali gagasan/pendapat terhadap sesuatu hal si anak akan berusaha memperbaiki dan memperkuat gagasannya.
Memahami anak secara individu

Seorang guru sudah menjadi suatu keharusan untuk bisa memahami benar bahwa di dunia ini tak ada individu anak yang sama dengan individu anak lainnya. Perbedaan individu anak ini bisa dilihat dari perbedaan horizontal dan vertikal (Drs.A. Tabrani Lusian, 1989).

Perbedaan individu secara vertikal seperti bentuk, tinggi, besar, dan segi jasmaniah lainnya. Perbedaan individu secara horizontal meliputi kecerdasan, abilitas, minat, ingatan, emosi, kemauan dan sebagainya.

Berdasarkan perbedaan individu tersebut hendaknya para guru mempertimbangkan perlakuan yang akan dilakukannya terhadap anak meskipun dalam hal-hal tertentu para guru memberi perlakuan yang sama kepada mereka.

Pembiasaan Nilai-nilai Budi Pekerti

Nilai-nilai budi pekerti yang dimaksud misalnya sikap saling menolong, sikap peduli, sikap saling menghargai, sikap saling menghormati, sikap lapang dada, sikap berjiwa besar. Pembiasaan nilai-nilai budi pekerti ini bisa dilaksanakan oleh siswa baik ketika proses belajar berlangsung maupun ketika anak beristirahat dengan ataupun tanpa bimbingan guru.

Pembiasaan nilai budi pekerti dilakukan melalui diskusi kelompok, belajar klasikal, individual, dan ketika atau selesai evaluasi belajar. Karena melalui proses belajar itulah anak membiasakan diri berinteraksi, berkomunikasi, menghargai pendapat teman, menghormati perbedaan, membantu temannya memahami materi pelajaran dengan menjadi tutor sebaya, meminjamkan peralatan belajar yang dimilikinya kepada teman yang ketinggalan atau tidak punya, diajak menengok temannya yang sakit, saling berbagi makanan ketika beristirahat.

Memberikan Keteladanan Cara Menanamkan Sikap Sosial Terhadap Anak-anak di Dalam Kelas

Sebagai pigur sentral dalam proses pembelajaran dan ujung tombak/pelaku mencapai tujuan pendidikan nasional seharusnyalah guru memberikan keteladanan dalam mempraktekan nilai-nilai budi pekerti tersebut diatas dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya ditataran retorika dan instruksi-instruksi saja. Karena melalui keteladanan peniruan akan mudah sekali dilakukan.

Anak dan Lingkungan Sosial

Manusia termasuk anak-anak sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari saling ketergantungan antara individu yang satu dengan individu lainnya atau jelasnya tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Suasana saling ketergantungan tersebut membentuk suatu hubungan yang lajim dinamakan hubungan sosial.

Hubungan sosial yang terbina dari saling ketergantungan memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan sikap mental atau kepribadian si anak itu sendiri baik pengaruh yang positif maupun pengaruh yang negatif. Pengaruh positif yang terbentuk dari hubungan sosial terhadap sikap mental/ kepribadian anak diantaranya sikap peduli, sikap saling menghormati, sikap saling menghargai.

Pengaruh negatif yang terbentuk dari hubungan sosial terhadap sikap mental/kepribadian anak diantaranva masa bodoh, tidak memiliki rasa kepedulian, konfrontatif. Beruntung sekali apabila sikap mental/kepribadian yang terbentuk dari hubungan sosial tersebut memberi pengaruh positif. Sebaliknya celaka dan merugi sekali apabila hubungan sosial yang terbentuk memberi pengaruh negatif terhadap sikap mental/kepribadian sianak.

Lingkungan sosial anak tidak jauh berbeda dengan lingkungan sosial orang dewasa. Pada umumnya anak-anak usia 6-13 tahun (Usia Sekolah Dasar) menjalin hubungan sosial di lingkungan sekolah selama kurang lebih 3 s/d 5 jam. Atas dasar inilah lingkungan sekolahpun memberikan pengaruh yang tidak kalah pentingnya terhadap pembentukan sikap mental/kepribadian anak disamping lingkungan keluarga dan masyarakat luas meskipun waktu yang dihabiskan anak di lingkungan sekolah relatif singkat.

DAFTAR PUSTAKA
§ Ujang Suhendi. dkk, 2001. Belajar Aktif dan Terpadu.
§ Alang Tabrani Rustian, 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
§ Drs. Sufyan Ramadhy, 2001. Mengembangkan Kecerdasan Anak.
§ Drs. Ruswendi Hermawan, M.Ed, 2006. Perspektif Sosial Budaya.
§ TIM DOSEN. (2008). Bahan Ajar Sosiologi Pendidikan. Fakultasl Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia : Tasikmalaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar