Selasa, 14 Mei 2013

Kumpulan Dalil Naqli Tentang Bid'ah Agama | dari Al-Qur'an dan Hadits

Sahabat Arena... Kali ini ane pengen share tentang keyakinan ane dalam urusan ibadah yaitu mengenai perbuatan atau amaliah ibadah yang tidak mesti dilakukan sebab tidak ada dasar hukum dalil-dalil nya. Seorang Imam bernama Syathibi rahimahullah pada satu bab dalam kitabnya ‘al-I’tisham’ dalam mencela bid’ah dan akibat buruk pelakunya. Ia menjelaskan bahaya bid’ah dan celaannya dari naql (al-Qur`an dan hadits) dan akal, berikut adalah petikannya:

Dalam al-Qur`an yang menjadi dalil menunjukkan celaan para pelaku bid’ah dalam agama Allah subhanahu wa ta’ala, di antaranya firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتُُ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتُُ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغُُ فَيَتَّبِعُونَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِ وَمَايَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِ كُلُُّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَايَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ ﴾ [ آل عمران: 7 ]

Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Rabb kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran:7)

Ayat ini merupakan dalil paling kuat dan penjelasannya diriwayatkan dalam hadits shahih dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغُُ فَيَتَّبِعُونَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِ  [ آل عمران: 7 

Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya,

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila engkau melihat mereka maka kenalilah mereka. Dan dalam hadits yang shahih, ia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang ayat ini:

قال الله تعالي: ﴿ هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ ﴾ [ آل عمران: 7 

Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu. (QS. Ali Imran:7)

Hingga akhir ayat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إِذَا رَأَيْتُمُ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكَ الَّذِيْنَ سَمَّى اللّه فَاحْذَرُوْهُمْ)) [ متفق عليه

‘Apabila engkau melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya, maka merekah itulah yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, maka berhati-hatilah terhadap mereka.”

Diriwayatkan dari Abu Ghalib dan namanya Hazur, ia berkata: ‘Aku berada di Syam (Siria), Muhallab mengirim 70 kepala dari kaum Khawarij, lalu dipasang di jalan Damaskus. Aku sedang berada di atas rumahku. Lalu Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu lewat, maka aku turun lalu mengikutinya. Tatkala ia berdiri di hadapan mereka, air matanya menetes seraya berkata: ‘Subhanallah, apakah yang dilakukan syetan terhadap anak cucu Adam ‘alaihissalam (manusia) –ia mengatakannya tiga kali- anjing-anjing neraka jahanam, anjing-anjing neraka jahanam, seburuk-seburuk yang terbunuh di bawah kolong langit –tiga kali-, sebaik-baik pembunuh adalah yang membunuh mereka, beruntunglah bagi orang yang membunuh mereka atau mereka yang membunuhnya.’

Kemudian ia menoleh kepadaku lalu berkata: ‘Wahai Abu Ghalib, sesungguhnya engkau berada di bumi (wilayah) yang mereka banyak di sana, semoga Allah subhanahu wa ta’ala melidungi engkau dari mereka.’

Aku berkata: ‘Aku melihat engkau menangis ketika melihat mereka? Ia menjawab: ‘Aku menangis karena kasihan melihat mereka, mereka dari kaum muslimin. Apakah engkau membaca surah Ali Imran? Aku menjawab: ‘Ya.’ Lalu ia membaca:

 هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتُُ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَمَايَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللهُ
hingga sampai ﴿﴾ sesungguhnya di hati mereka ada condong kepada kesesatan maka mereka tersesat.

Kemudian ia membaca:

قال الله تعالي: ﴿ وَلاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ﴾ [ آل عمران: 105 ]

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. (QS. Ali Imran:105)

Hingga firman-Nya subhanahu wa ta’ala:

﴿فَفِي رَحْمَةِ اللهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 

maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya. (QS. Ali Imran:107)

Aku berkata: ‘Apakah mereka (dalam ayat) itu adalah mereka (kaum Khawarij) tersebut)? Ia menjawab: ‘Ya.’

Aku berkata: ‘Apakah dari pemahaman engkau atau sesuatu yang engkau dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ia menjawab: ‘Kalau begitu (bukan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) aku terlalu berani, bahkan aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan sekali dua kali... sehingga ia menghitung tujuh kali.

Kemudian ia berkata: ‘Sesungguhnya bani Israel bercerai berai sebanyak 71 golongan dan sesungguhnya umat ini melebihi atasnya satu golongan, semuanya di neraka kecuali golongan terbesar.’

Aku bertanya: ‘Wahai Abu Umamah, apa pendapatmu terhadap perbuatan mereka? Ia menjawab:

قال الله تعالي: ﴿ عَلَيْهِ مَاحُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّاحُمِّلْتُمْ 

...maka sesungguhnya kewajiban rasul hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, kewajiban kamu adalah apa yang dibebankan kepadamu....". (QS. An-Nuur:54)

Jelaslah dengan penafsiran ini bahwa mereka termasuk ahli bid’ah, karena Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu menjadikan kaum Khawarij masuk dalam umumnya ayat tersebut dan sesungguhnya ia diturunkan terhadap mereka. Dan di antara ayat tersebut adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. (QS. al-An’am:153)

Jalan yang lurus adalah jalan Allah subhanahu wa ta’ala yang Dia subhanahu wa ta’ala mengajak kepadanya, yaitu sunnah. Dan jalan-jalan, yaitu jalan-jalan orang-orang yang berselisih, yang menyimpang dari jalan yang lurus, mereka adalah ahli bid’ah. Bukanlah maksudnya jalan-jalan maksiat, karena maksiat dari sisi maksiatnya, tidak ada seorang pun yang menjadikan sebagai jalan yang selalu ditelusuri yang menyerupai syari’at, namun sifat ini khusus dengan berbagai macam bid’ah.

Hal ini ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wail, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggaris bagi kami satu garis yang panjang, menggaris sebelah kanannya dan sebelah kirinya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Ini adalah jalan yang lurus.’ Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaris beberapa garis bagi kami dari sebelah kanan dan kirinya, dan bersabda: “Ini adalah jalan-jalan (yang banyak), dan di atas setiap jalan darinya ada syetan yang mengajak kepadanya...” kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca:

قال الله تعالي: ﴿ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Maksudnya: garis-garis

فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ 

karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. (QS. al-An’am:153)

Bakar bin ‘Ala` rahimahullah berkata: ‘Saya menduga bahwa yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam maksudkan adalah syetan dari kalangan manusia, yaitu bid’ah-bid’ah. Wallahu A’lam.

Di antara ayat-ayat adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ وَعَلَى اللهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَآئِرٌ وَلَوْشَآءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ ﴾ [ النحل: 9 

Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok.Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar). (QS. an-Nahl:9)

At-Tasturi rahimahullah berkata: قَصْدُ السَّبِيل Jalan sunnah, وَمِنْهَا جَآئِرٌ maksudnya ke neraka, dan itulah agama-agama dan bid’ah-bid’ah.

Dan di antaranya firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَىْءٍ إِنَّمَآأَمْرُهُمْ إِلَى اللهِ ثُمَّ يُنَبِئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ ﴾ [ النحل: 159 

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (QS. al-An’am:159)

Ibnu ‘Athiyah rahimahullah berkata: ‘Ayat ini berlaku umum bagi pengikut hawa nafsu, bid’ah, yang syazh (langka) dalam furu’, dan selain yang demikian itu dari orang-orang yang suka mendalami dalam perdebatan dan mendalami dalam ilmu kalam. Semua ini bisa membuat tergelincir dan terkena tuduhan karena buruk keyakinan.

Di antaranya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ وَلاَتَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ . مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ ﴾ [ الروم: 31-32] قرئ: فارقوا دينهم
...janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, * yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. ar-Rum:31-32)

Ditafsirkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa mereka adalah kaum Khawarij, dan Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkannya secara marfu’. Ada yang mengatakan: Mereka adalah pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah. Diriwayatkan dari Sufyan bin ‘Uyaynah rahimahullah, Abu Qilabah rahimahullah  dan selain mereka bahwa mereka berkata: ‘Setiap pelaku bid’ah atau mengada-ada (dalam agama) adalah hina, mereka berdalil dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي اْلَحَياةِ الدُّنْيَا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ ﴾ [ الأعراف: 152 

Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Rabb mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan. (QS. al-A’raaf:152)

Ibnu ‘Aun rahimahullah berkata: Ibnu Sirin rahimahullah berpendapat bahwa ayat ini adalah pada orang-orang yang mengikuti hawa nafsu:

قال الله تعالي: ﴿ وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي ءَايَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلاَ تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ﴾ [ الأنعام: 68 

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), janganlah kamu duduk bersama orang. orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (QS. al-An’aam: 68)


Dalil Naqli Tentang Bid'ah dari hadits-hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW

Di antara hal itu adalah yang diriwayatkan dalam shahih, dari hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ)) [ متفق عليه 

“Barangsiapa yang membuat-buat dalam perkara kami ini yang bukan bagian darinya maka ia ditolak.”

Dan dalam riwayat Muslim:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ)) [ رواه مسلم ]

“Barangsiapa yang melakukan satu amal ibadah yang tidak ada perintah kami atasnya maka ia ditolak.”

Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam khutbahnya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((أَمَّا بَعْدُ, فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ)) [ رواه مسلم 

“Amma ba’du: maka sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitabullah (al-Qur`an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan seburuk-buruk perkara adalah yang baru-barunya (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat.”

Dan dalam satu riwayat, ia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada manusia, memuji Allah subhanahu wa ta’ala dan menyanjung-Nya yang Dia berhak mendapat sanjungan itu, kemudian beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ يَهْدِهِ اللّه فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَخَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ)) [ رواه مسلم 

“Barangsiapa yang Allah subhanahu wa ta’ala memberi petunjuk kepadanya maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang Allah subhanahu wa ta’ala menyesatkannya maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Dan sebaik-baik ucapan adalah kitabullah (al-Qur`an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, seburuk-buruk perkara adalah yang baru-baru (dalam agama) dan setiap yang baru-baru adalah bid’ah.”

Dan dalam riwayat an-Nasa`i:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ)) [ رواه النسائي ]

“Dan setiap yang baru-baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah (tempatnya) di neraka.”

Dan dalam shahih, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْل أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَايَنْقُصُ ذلِكَ مِن أُجُوْرِهِم شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلىَ ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَيَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا)) [ رواه مسلم وأبو داود و الترمذي

“Barangsiapa yang mengajak (berdakwah) kepada petunjuk niscaya baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit juapun dan siapa yang mengajak kepada kesesatan adalah baginya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun juga. .”

At-Tirmidzi meriwayatkan pula dan ia menshahihkannya, Abu Daud dan selain mereka dari ‘Irbath bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dengan kami, kemudian menghadap kepada kami, memberi nasihat kepada kami dengan nasihat yang sangat menyentuh hati, air mata berlinang karenanya dan hati menjadi takut darinya. Ada yang berkata: ‘Ya Rasulullah, seolah-olah hal ini adalah nasihat perantunan (perpisahan), apakah yang engkau nasihatkan kepada kami? Beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللّهِ ,وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا. فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيْرًا, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِيْنَ, تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا باِلنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ, فَإِنَّ كُلِّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ)) [ روا ه أبو داود و الترمذي

“Aku berpesan kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mendengar dan taat (kepada pemimpin) sekalipun ia seorang budak dari Habasyah (Etheopia). Maka sesungguhnya siapa yang masih hidup dari kamu setelah aku (wafat) maka ia akan melihat perbedaan yang sangat banyak. Maka hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk, berpegang teguhlah dengannya, gigitlah atasnya dengan gigi geraham. Dan jauhilah perkara-perkara baru, maka sesungguhnya setiap yang baru-baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”

Dan dalam shahih, dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Ya Rasulullah, apakah setelah kebaikan datang keburukan? Beliau menjawab: ‘Ya.’ Aku bertanya: ‘Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan lagi? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Ya, dan padanya ada asap.’ Aku bertanya: ‘Apakah asapnya? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Kaum yang mengambil sunnah dengan selain sunnahku, mengambil petunjuk selain petunjukku, engkau mengenal dari mereka dan mengingkari.”

Aku bertanya: ‘Apakah setelah kebaikan itu akan datang keburukan?

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Ya, para penyeru kepada pintu-pintu neraka Jahanam, siapa yang memenuhi panggilan mereka kepadanya mereka akan melemparkannya di dalamnya.’

Aku bertanya: ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepada kami tentang mereka.’

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Ya, kaum dari golongan kita dan berbicara dengan bahasa kita.’

Aku berkata: ‘Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemui hal itu?

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Engkau tetap bersama jama’ah kaum muslimin dan imam mereka.’

Aku berkata: ‘Jika mereka tidak mempunyai jama’ah dan imam?

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Maka hendaklah engkau menghindarkan diri dari semua golongan tersebut, sekalipun engkau menggigit batang pohon sampai kematian menjemputmu dan engkau dalam kondisi seperti itu.”

Dalam hadits shahifah:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((اَلْمَدِيْنَةُ حَرَمٌ مَا بَيْنَ عِيْرٍ وَثَوْرٍ, وَمَنْ أَحْدَثَ فِيْهَا حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللّهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ)) [ متفق عليه 

“Madinah haram jarak di antara ‘iir dan tsaur (nama dua gunung di Madinah), barangsiapa yang menciptakan yang baru padanya atau menampung yang muhdits (pelakunya) maka atasnya kutukan Allah subhanahu wa ta’ala, malaikat dan semua manusia. Di hari qiamat, Allah subhanahu wa ta’ala tidak menerima darinya taubat/ibadah sunnah dan tidak pula tebusan/ibadah wajib.”

Hadits ini dalam bentuk umum, meliputi setiap peristiwa yang dimunculkan padanya yang bertentangan dengan syara’, dan bid’ah merupakan peristiwa yang paling buruk. Ia, sekalipun khusus untuk kota Madinah maka yang lainnya juga masuk dalam maknanya.

Dalam al-Muwaththa`, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju pemakaman lalu bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَاَر قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ, وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللّه بِكُمْ لاَحِقُوْنَ ...إلى أن قال: فَلْيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيْرُ الضَّالُ, أُنَادِيْهِمْ: أَلاَ هَلُمَّ! أَلاَ هَلُمَّ! أَلاَ هَلُمَّ! فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوْا بَعْدَكَ. فَأَقُوْلُ: فَسُحْقًا فَسُحْقًا فَسُحْقًا)) [ رواه مالك في الموطأ

“Assalamu ‘alaikum, wahai negeri orang-orang beriman, dan sesungguhnya kami insya Allah, akan menyusul kalian...dst hingga beliau bersabda: ...akan diusir beberapa orang dari telagaku sebagaimana diusir unta yang tersesat. Aku memanggil mereka: ‘Ayo ke sini, ayo ke sini, ayo ke sini! Maka dikatakan: ‘Sesungguhnya mereka telah mengganti sesudahmu.’ Maka kukatakan: ‘Maka jauhlah, jauhlah, jauhlah.’

Sebagian ulama menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang menyalahi Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan yang lain menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang murtad dari agama Islam.

Dan yang menunjukkan makna yang pertama adalah yang diriwayatkan oleh Khaitsamah bin Sulaiman rahimahullah dari Yazid bin Raqqasy rahimahullah, ia berkata: ‘Aku bertanya kepada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, aku berkata: ‘Ada satu kaum yang bersaksi terhadap kita dengan kekufuran dan kesyirikan, mendustakan telaga dan syafa’at, apakah engkau pernah mendengar sesuatu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ia menjawab: ‘Ya. Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((بَيْنَ الْعَبْدِ وَاْلكُفْرِ أَوِ الشّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ, فَإِذَا تَركَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ, وَحَوْضِي كَمَا بَيْنَ اْلأَيْلَةِ إِلَى مَكَّةَ, أَبَارِيْقُهُ كَنُجُوْمِ السَّماَءِ –أو قال: كَعَدَدِ نُجُوْمِ السَّمَاءِ, لَهُ مِيْزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ, كُلَّمَا نَضبَ أَمَدَّاهُ, مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا. وَسَيَرِدُهُ أَقْوَامٌ ذَابِلَةٌ شِفَاهُهُمْ, فَلاَ يَطْعَمُوْنَ مِنْهُ قَطْرَةً وَاحِدَةً, مَنْ كَذبَ بِهِ الْيَوْمَ لَمْ يُصِبْ مِنْهُ يَوْمَئِذٍ)) [ رواه ابن ماجة
“Sesungguhnya di antara hamba dan kekufuran atau kesyirikan adalah meninggalkan shalat, maka apabila ia meninggalkannya berarti ia syirik. Telagaku sebagaimana antara Ailah hingga Makkah, tekonya sejumlah bintang di langit –atau beliau bersabda: ‘Seperti bilangan bintang di langit, baginya ada dua pancoran dari surga, setiap kali berkurang keduanya menambahnya. Siapa yang minum darinya satu kali minuman niscaya tidak pernah haus lagi sesudahnya untuk selamanya. Dan akan mendatanginya satu kaum, kering bibir mereka, maka mereka tidak bisa minum darinya setetes jua pun. Siapa yang mendustakannya pada hari ini niscaya tidak mendapat minuman darinya pada hari itu.”

Dan padanya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إِنِّي تَارِكٌ فِيْكُمْ ثَقَلَيْنِ: أَوَّلُهَا كِتَابُ اللّه فِيْهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ –وفى رواية- مَنِ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الْهُدَى وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلاَلَةٍ)) [ رواه ابن ماجة 

“Sesungguhnya aku meninggalkan padamu dua perkara, yang pertamanya adalah Kitabullah (al-Qur`an), di dalamnya ada petunjuk dan cahaya –dalam satu riwayat- di dalamnya ada petunjuk, siapa yang berpegang dengannya dan mengambil dengannya niscaya ia berada di atas petunjuk, dan siapa yang tidak mengambilnya niscaya ia tersesat. Dan pada satu riwayat: Siapa yang mengikutinya niscaya ia berada di atas petunjuk dan siapa yang meninggalkannya ia berada di atas kesesatan.”

Ath-Thahawi rahimahullah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إِنَّ لِكُلِّ عَابِدٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً, فَإِمَّا إِلَى سُنَّةٍ وَإِمَّا إِلَى بِدْعَةٍ. فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَد اهْتَدَى وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذلِكَ فَقَدْ هَلَك)) [ رواه أحمد 

“Sesungguhnya bagi setiap ‘abid (ahli ibadah) ada keinginan/semangat, dan dan bagi setiap semangat ada kemalasan (kurang dalam ibadah). Maka bisa jadi kepada sunnah dan bisa jadi kepada bid’ah, maka siapa yang malas lalu kembali kepada sunnahku berarti ia mendapat petunjuk dan siapa yang malasnya kepada selain yang demikian itu berarti ia binasa.”

Dalil Naqli tentang Bid'ah Berdasarkan dari salafus shalih yaitu dari kalangan sahabat dan tabi’in dalam mencela orang-orang menyalahi Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.

Di antara yang datang dari para sahabat:

Yang diriwayatkan dalam riwayat yang shahih dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia berkhutbah kepada manusia dan berkata: ‘Wahai sekalian manusia, telah disunnahkan bagimu sunnah-sunnah, dan diwajibkan kepadamu kewajiban-kewajiban, serta ditinggalkan atas yang sudah jelas, kecuali kamu tersesat dengan manusia kanan dan kiri.”

Dan ia menepukkan dengan salah satu tangannya kepada yang lain, kemudian berkata: ‘Janganlah kamu binasa karena ayat rajam, yaitu yang berkata: ‘kami tidak menemukan ayat tentang rajam dalam al-Qur`an’, maka sungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah merajam dan kami telah merajam....’hingga akhir pembicaraannya.

Dalam Shahih dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Wahai sekalian ahli al-Qur`an (Qurra), luruslah, maka sungguh kamu telah mendahului dengan jauh, dan jika kamu mengambil kanan dan kiri maka sungguhnya kamu tersesat yang sangat jauh.’
Dan darinya juga: ‘Yang paling aku khawatirkan terhadap manusia ada dua: bahwa mereka lebih mengutamakan sesuatu yang mereka lihat dari pada sesuatu yang mereka ketahui dan mereka tersesat sedang mereka tidak mengetahui.’ Sufyan berkata: Ia adalah pelaku bid’ah.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Ikutilah atsar kami dan janganlah kamu melakukan bid’ah, maka sungguh kamu sudah dicukupkan.’

Ibnu Wahb rahimahullah meriwayatkan pula, ia berkata: ‘Kamu harus menuntut ilmu sebelum diambil, dan diambilnya ilmu dengan wafatnya ulama. Kamu harus menuntut ilmu, sesungguhnya seseorang darimu tidak mengetahui kapan ia membutuhkan apa yang ada di sisinya. Dan kamu akan menemukan beberapa kaum yang mengaku bahwa mereka mengajak kepada Kitabullah (al-Qur`an) padahal mereka telah melemparkannya di belakang punggung mereka. Kamu harus menuntut ilmu dan jauhilah bid’ah dan berlebih-lebihan dalam agama, dan tekunilah yang lama (sunnah).’

Dan darinya pula: ‘Sederhana dalam sunnah lebih baik dari pada bersungguh-sungguh dalam bid’ah.’
Dari Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Aku tidak meninggalkan sesuatu yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamalkannya kecuali aku mengamalkannya dan sesungguhnya aku khawatir jika meninggalkan sesuatu dari perkara beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi tersesat.’
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Shalat dalam safar adalah dua rekaat, siapa yang menyalahi sunnah ia kufur.’

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Kamu harus istiqamah dan mengikuti atsar, dan hindarilah bid’ah.’

Dan Ibnu Wahb rahimahullah meriwayatkan darinya, ia berkata: ‘Siapa yang memunculkan satu pendapat dalam Kitabullah (al-Qur`an) dan tidak pernah ada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam padanya, niscaya ia tidak tahu apa yang akan menimpanya apabila bertemu Allah subhanahu wa ta’ala.’.

Demikian Artikel tentang Kumpulan Dalil Naqli Tentang Bid'ah Agama dari Al-Qur'an dan Hadits, semoga kita lebih berhati-hati lagi dalam urusan ibadah yang satu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar