Selasa, 28 Mei 2013

Menangislah untuk Perpisahan ini | Selamat Tinggal Ramadhan

Apakah kita termasuk yang merindukan kehadiran bulan ramadhan, saudaraku? Jika ya, inilah keindahan bulan yang kita sangat rindukan itu sedang bersama kita. Inilah detik demi detik waktu, kita laluinya bersamanya. Inilah masa-masa bahagia, masa-masa semakin dekatnya jiwa bersama Allah, masa-masa kedamaian hati yang belum tentu kita saat ia tidak bersama kita lagi.

Saudaraku,
Hiruplah dalam-dalam udara malam-malamnya. Hiruplah dalam-dalam udara sahurnya. Kita kini sedang berada pada hari-hari perpisahan yang sangat memilukan. Perpisahan dengan bulan mulia yang telah hadir bersama seluruh keindahan dan keistimewaannya bersama kita. Perpisahan dengan bulan terindu yang keutamaannya tak dapat dikalahkan oleh apapun yang terindah dalam hidup.

Jika Rasulullah bersabda ,”Barang siapa melakukan satu ibadah sunnah dalam bulan Ramadhan, maka ia seperti orang yang melakukan ibadah wajib di bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melakukan ibadah wajib di Bulan Ramadhan maka ia seperti orang yang melaksanakan 70 ibadah wajib di selain Bulan Ramadhan”. (HR Ibnu Khuzaimah). Maka, berpisah dengan bulan ini berarti kita meninggalkan kesempatan meraih pahala kebaikan yang berlipat-lipat.

Jika Rasulullah SAW bersabda, ”Ada dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa, kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan tatkala bertemu dengan Allah. “(HR. al-Bukhari dan Muslim). Maka, perpisahan dengan bulan ini, berarti terlewatnya dua momentum kegembiraan di kala buka puasa itu.

Jika Rasulullah SAW bersabda , “Barang siapa yang berpuasa karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Al Bukhari dan Muslim). Maka perpisahan denagn bulan ini adalah adalah hilangnya kesempatan kita untuk memperoleh ampunan Allah SWT terhadap dosa-dosa kita yang menggunung.

Saudaraku,
Jika Rasulullah bersabda , “Barang siapa yang menunaikan qiyamul lail pada Bulan Ramadhan karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Al Bukhari dan Muslim). Maka usainya kebersamaan kita dengan bulan ramadhan adalah lenyapnya kesempatan kita untuk menunaikan sholat malam dengan jamina pahala ampunan atas dosa dan kekhilafan, yang kita sudah tenggelam di dalamnya. Jika Rasulullah SAW bersabda, “ Siapa saja yang shalat tarawih bersama imam hingga selesai , akan ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzazi, An-Nasai dan Ibnu Majah) Lalu bagaimana dengan kualitas shalat tarawih yang sudah kita lakukan? Perpisahan dengan bulan suci ini, berarti juga kita kan kehilangan pahala shalat tarawih. Kehilangan pahala semalam suntuk.

Saudaraku,
Jika para salafushalih, selama bulan ini berlomba memperbanytak mambaca al-qur’an. Malaikat jibril memperdengarkan Al-Qur’an kepada Rasullah SAW pada bulan Ramadhan. Utsman bin affan mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari pada bulan ramadhan. Sebagasin salafushalih mengkhatamkan Al-Qur’an dalam sholat tarawih setiap tiga malam sekali, tujuh malam sekali dan sepuluh malam sekali. Mereka selalu membaca Al-Qur’an baik di dalam shalat maupun diluar shalat.

Jika Imam Asy-Syafi’I dapat mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak enam puluh kali di luar sholat dalam bulan ramadhan. Sementara Al-Aswad mengkhatamkannya setiap dua hari sekali. Qatadah selalu mengkhatamkannya setiap tujuh hari sekali di luar Ramadhan, sedangkan dalam bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dia mengkhatamkannya setiap malam. Pada bulan Ramadhan Imam Az-Zuhri menutup majelis-majelis hadits dan majelis-majelis ilmu yang biasa diisinya. Ia mengkhususkan diri membaca Al-Qur’an dari mushaf. Dan Imam Ats-Tsauri beliau meninggalkan ibadah-ibadah lain dan mengkhususkan diri untuk membaca Al-Qur’an.

Saudaraku,
Jika mereka demikian tinggi semangat dan mujahadahnya membaca Al-Qur’an di bulan ini, bagaimana dengan ibadah membaca Al-Qur’an yang kita lakukan? Bila Ramadhan beerlalu, berarti kita kehilangan kesempatan agung untuk memperoleh barokah istimewa dari membca Al-Qur’an di bulan ini.

Jika Allah berfirman “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. “ (Q.S. Al-Qadr :1-3). Dan jika Rasulullah SAW senantiasa mencari malam lailatul Qadr dan memerintahkan sahabat untuk mencarinya. Beliau membangunkan keluarganya pada sepuluh malam terakhir dengan harapan mendapatkan malam lailatul Qadr.

Jika dalam Musnad Ahmad dari Ubadah, Rasulullah SAW bersabda “barangsiapa yang bangun sebagai usaha untuk mendapatkan malam lailatul Qadr, lalu ia benar-benar mendapatkannya, niscata akan diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. “

Jika kaum salaf dari kalangan sahabat dan tabiin mandi dan memakai minyak wangi pada sepuluh malam terakhir untuk mencari malam lailatul Qadr, malam yang telah dimuliakan dan diangkat deerajatnya oleh Allah, maka perginya bulan ini dari sisi kita berarti terlewatnya kesempatan yang tak pernah terbayar dalam seluruh hidup kirta sekalipun. Berati banyaknya kesempatan kita untuk memperoleh keberuntungan seribu bulan yang sangat jauh lebih lama dibanding usia kita sendiri.

Saudaraku,
Jangan kau sia-siakan detik-detik perpisahan ini. Rasakan benar-benar kehadiran kita disini di bulan ini. Latunkan dzikir, tilawah al-Qur’an, munajat, permohonan ampun disini.

Buang kepenatan hilangkan rasa lelah. Hanya untuk hari-hari terakhir menjelang perpisahan dengan bulan penuh kemuliaan. Kejarlah segala yang terluput dari diri kita pada malam Lailatul Qadr. Sekarang saudaraku jangan tunda lagi
Dan menangislah. Karena kita pun harus berpisah dengan bulan ini…
Dikutip dari majalah tarbawi majalah kita semua edisi 49 tahun 4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar